Symbol of ahura mazda
- Zoroastrianisme
- Farvahar
- The thesis describes the range of south Nias villagers' understandings of sickness and healing, and investigates how and why they draw on various cultural.
- •
Koin Arab-Sasaniyah
Koin Arab-Sasanian adalah para peneliti modern untuk menyebut koin-koin atau mata uang yang dicetak kaum Muslim dengan gaya Sasanian (Persia) pasca kedatangan Islam di Persia, yang diterbitkan para gubernur Muslim di Persia di sekitar abad ke-7 dan ke-8 masehi. Koin-koin ini, yang sebagian besar berupa dirham perak dan koin tembaga, mewarisi motif-motif Sasaniyah yang sudah ada dengan tambahan ornamen Islam. Gambar pada koin sebagian besar masih menampilkan gambar raja Khosrow II, raja Yazdgerd III, dan raja Hormuz IV.[1]
Penggunaan koin Arab-Sasanian di bekas wilayah Kekaisaran Sasaniyah seiring dengan penggunaan koin Arab-Bizantium di bekas wilayah Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium). Orang-orang Arab pada dasarnya tidak memiliki keinginan untuk mengubah koin biasa, dan pada awalnya mereka hanya mencoba menambahkan tulisan Arab berupa aksara Kufi pada koin atau menghilangkan lambang agama lama. Di antara pembuat koin Sassanid Arab adalah Bishapur, Darab, Istakhar, dan Azarbaijan.[2]
Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Si
- •
Asia Barat Kuno/Agama/Zoroastrianisme
Sekitar 1000 SM, kira-kira pada masa yang sama ketika orang India menulis Rig Weda, seorang pria bernama Zoroaster (disebut juga Zarathustra) merupakan pendeta di kuil kecil di bagian timur Asia Barat, di area dengan banyak kerajaan kecil dan tidak ada kekuasaan besar. Zoroaster meyakini bahwa ia mendengar suara tuhan utamanya, Ahura Mazda, yang berbicara kepadanya dan menyuruhnya memulai sebuah agama baru. Zoroaster lalu memberitahu orang-orang bahwa tuhan berbicara kepadanya dan apa yang sang tuhan inginkan, namun orang-orang tak mempercayai ucapan Zoroaster. Orang lainnya di kota mengira ia mengalami kelainan mental. Mereka menertawakannya dan mengolok-olonya. Zoroaster pun meninggalkan kota dan berkelana di Asia Barat, mencari orang yang mau mempercayainya. Akhirnya, ia menemukan seorang raja yang mempercayainya. Tidak diketahui bagaimana caranya, namun Zoroaster berhasil meyakinkan raja baru Persia, Koresh, untuk mendukung agama Zoroastrianisme. Dengan dukungan raja, agama ini pun berkembang pesat.
Ada beberapa kepercayaan utama
- •
Ilustrasi Nabi Zarathrustra
Nationalgeographic.co.id - Zoroastrianisme merupakan agama Persia kuno yang diperkirakan berada sejak 4.000 tahun yang lalu. Dipercaya sebagai agama monoteistik pertama di dunia dan salah satu agama tertua yang masih ada.
Zoroastrianisme adalah agama negara dari tiga dinasti Persia, sampai penaklukan Muslim atas Persia pada abad ketujuh sebelum masehi. Para pengungsi Zoroaster, yang disebut Parsis, lolos dari gempuran Muslim di Iran dengan beremigrasi ke India.
Zoroastrianisme sekarang memiliki sekitar 100.000 hingga 200.000 penyembah di seluruh dunia, dan kini menjadi agama minoritas di beberapa bagian Iran dan India menurut History.
Nabi Zoroaster atau Zarathrustra dalam bahasa Persia kuno, yang juga dianggap sebagai pendiri Zoroastrianisme bisa dibilang sebagai iman monoteistik tertua di dunia.
Tidak terlalu jelas kapan tepatnya Zarathurstra hidup, namun jika dilihat dari tulisan suci agama Zoroaster ia berasal dari Avesta.
Beberapa cendekiawan percaya bahwa ia berada sezaman dengan Cyrus Agung, raja Kekaisaran Persia pada abad keenam SM.
Copyright ©bernate.pages.dev 2025